One Village One Product

oleh: Abraham Septa

 

Keinginan pemerintah menjadikan gerakan “satu desa satu produk” atau one village one product (OVOP) sebagai program nasional memang patut didukung. Sebab, secara konseptual maupun praktis, khususnya di Taiwan dan Jepang, program OVOP amat menjanjikan. OVOP bisa diandalkan sebagai gerakan swadaya dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat serta menjadi wahana revitalisasi ekonomi daerah. Karena itu pula, OVOP bisa menjadi metode untuk membendung arus urbanisasi. Dengan OVOP, warga desa terkondisi tak memiliki cukup alasan untuk mencari penghidupan ke perkotaan. Sebab, pekerjaan dengan penghasilan yang relatif mensejahterakan tersedia di desa. OVOP memungkinkan kegiatan ekonomi terpicu dan terpacu berkembang sesuai dengan potensi dan keunggulan desa setempat.

Berikut adalah kutipan paparan OVOP yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM :

PENGERTIAN OVOP

  • Satu Desa Satu Product atau One Village One product adalah pendekatan pengembangan Potensi daerah di satu wilayah unuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah denga memanfatkan sumber daya lokal.
  • Satu desa sebagaimana dmaksud dapat diperluas menjadi kecamatan, kabupaten/kota, maupun kesatuan wilayah lainnya sesuai dengan potensi dan skala usaha secara ekonomis.
  • OVOP adalah pendekatan pengembangan potensi daerah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik dan khas dengan memanfaatkan sumber daya lokal.

TUJUAN OVOP

  1. Untuk menggali dan mempromosikan produk inovatif dan kreatif lokal, dari sumber daya, yang bersifat unik khas daerah, bernilai tambah tinggi, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, memiliki image dan daya saing yang tinggi.
  2. Pengembangan IKM yang berdaya saing tinggi di pasar domestik dan global dan Mencari komoditas potensial di satu sentra yang memanfaatkan Potensi Lokal.

 

KRITERIA PRODUK

 

Tiga kriteria yang harus dimiliki lokasi pengembangan program One Village One Product (OVOP) atau satu desa satu produk, dalam rangka pengembangan IKM yang berdaya saing tinggi di pasar domestik dan global. Daerah yang menjadi pengembangan program OVOP harus ada keseragaman jenis usaha,  memiliki tata ruang yang jelas, serta memiliki infrastruktur yang bagus.

 

  1. Produk unggulan daerah dan/atau produk kompetensi inti daerah
  2. Unik khas budaya dan keaslian local
  3.  Berpotensi pasar domestik dan ekspor
  4. Bermutu dan berpenampilan baik
  5.  Diproduksi secara kontinyu dan konsisten

 

Dalam rangka kampanye OVOP tiga hal yang diperlukan, yaitu selain fulfilling desa-desa yang potensial sekaligus penduduknya; menyeleksi produk-produk competitive yang berasal dari bahan-bahan lokal dengan menggunakan kearifan lokal dan keterampilan – keterampilan yang unik  untuk menghasilkan produk-produk asli, unik dan bernilai yang ditujukan untuk pasar domestik maupun global serta asli juga termasuk komitmen dan campur tangan pemerintahan lokal dan pusat.

 

Menurut Mr. Hiramatsu Morihiko dalam seminar OVOP di Bali,2009. Dalam mengadopsi program OVOP ini, ada 3 aspek dasar yang harus dipenuhi yaitu :

  1. Lokalitas produk mampu memenuhi pasar global
  2.  Masyarakatnya mampu bekerja secara mandiri
  3. SDM memiliki mental siap dididik dan dibina.

 

Apabila dalam sebuah kawasan memiliki potensi ketiga aspek tersebut, maka program OVOP akan sangat mudah untuk diterapkan.

Contoh berbagai produk binaan program OVOP Oita, Jepang:

a)      Jeruk KABOSU OITA, setelah dikemas menarik, daya jualnya meningkat dengan sangat signifikan, sehingga mampu mensejahterakan petani jeruk sekitar.

b)      Menjual potensi daerah melalui program pariwisata, sebagai contoh di Nagaoka, dimana SDA terbatas, yang digarap adalah seni pertunjukkkan musik klasik. Walaupun di kota ini belum dibangun gedung pertunjukan music, tetapi masyarakat setempat dapat meminjam gedung sebuah sekolah untuk mengadakan pertunjukan musik dengan mengundang musisi-musisi ternama.

c)       Tahun 1979, saat itu kota OITA jarang sekali dikunjungi wisatawan,kemudian dibuatlah program homestay bagi pelajar dan mahasiswa untuk menginap dalam jangka waktu tertentu di rumah penduduk. Dengan cara seperti ini terjadi pertukaran informasi dan budaya, sehingga bersama-sama penduduk setempat dan pendatang membangung tanah pertanian di desa sehingga menarik dan dapat dijadikan agrowisata.

Dampak positif dari program ini adalah dengan meningkatnya sumber pemasukan dari agrobisnis secara sangat signifikan dibandingkan dengan industri motor. Dalam kasus pembangungan daerah di Jepang, ditanamkan kesadaran bahwa negara agraris sebaiknya mengolah lahan agrari seoptimal mungkin, daripada mengembangkan industry motor yang SDAnya tidak mampu dipenuhi secara terus menerus.

Kekuatan dalam mengolah ide orisinil dalam OVOP bergantung pada mental dan pola pikir masyarakatnya serta kekuatan potensi kawasan lokal. Dukungan dari pihak pemerintah seperti bantuan dari program litbang pertanian Jepang, adanya badan riset nasional yang menjalin kerjasama dengan pusat pelatihan kriya, sehingga informasi material, teknik dan energi terus dapat dikembangkan. Dalam hal pelatihan teknologi, didukung oleh lembaga riset dan eksperimen tingkat provinsi bersama-sama dengan lembaga pengembangan dan improvisasi produk tingkat provinsi.

Pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang OVOP, memasukkan kebijakan yang relevan dan pembinaan bakat masyarakat di negara kurang berkembang, menemukan, memilih, dan meng-improv produk lalu mengkreasinya menjadi produk asli berdaya saing, serta pemasaran dan pemasaran lingkup nasional menuju global (mendunia) merupakan empat langkah ke depan untuk mengarah dan mengefektifkan kampanye OVOP. Sehingga bagi Indonesia, program OVOP dapat mendukung visi ekonomi yang dicanangkan Presiden SBY dengan “Triple Track Strategy” nya, yaitu: pro growth, pro-employment dan pro-poor. Keberhasilan OVOP, selain dapat menjadi pilihan untuk membantu pencapaian swasembada dan ketahanan pangan (meninggalkan perilaku impor) juga untuk meningkatkan image “daya saing dan keunggulan” dari produk Indonesia.

 

Referensi:

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=759:program-ovop-pacu-produktivitas&catid=50:bind-berita&Itemid=97

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=799:tahun-ini-ovop-dikembangkan-di-13-provinsi&catid=50:bind-berita&Itemid=97

http://www.kulonprogokab.go.id/v2/Melalui-OVOP-Gula-Semut-Kulon-Progo-Siap-Go-International_2118

http://karangasemcraft.com/

http://issuu.com/disperindag/docs/presentasi_ovop_

http://www.lpp.ac.id/images/downloads/lppcom/one_village_one_product.pdf

 

    • Anonim
    • Oktober 8th, 2015

    jos pak… kami juga binaan ovop di randublatung kutukan blora jateng

    • Terima kasih Bapak/ibu, Bapak produksi di jenis usaha Pak, kami juga ada kerjasama dengan Kemenkop untuk pengembangan UMKM..

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan Balasan ke mutosagala Batalkan balasan